PAM JAYA Gandeng PRKN UI Gelar FGD Transformasi PAM JAYA Pasca Pemindahan Ibukota Negara

Harmoninews.com (Jakarta) – Perusahaan BUMD PAM Jaya menggandeng Pusat Riset Ketahanan Nasional Universitas Indonesia (PRKN UI) menyelenggarakan Focus Grup Discussion (FGD) soal transformasi air minum di Jakarta, Rabu (21/06).

Acara FGD tersebut yang digelar secara hybrid dihadiri oleh Direktur Sekolah kajian Stratejik dan Global Athor Subroto, Ketua PRKN UI Arthur Josias Simon Runturambi, Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin, Wakil Dekan I Fisip UI Nurul Isnaeni, Manajer PPSML Suyud Warno Utomo dan moderator Margaretha Hanita.

Diskusi tersebut mengangkat tema Transformasi PAM JAYA Pasca Pemindahan Ibukota Negara.

“Diskusi ini berharap Jakarta sebagai mega city menuju global city benar-benar mewujudkan ketahanan air di regional Jakarta sendiri” tutur Arief Nasrudin Dirut PAM Jaya

Arief menjelaskan bahwa saat ini banyak tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan perusahaan plat merah di jakarta ini, dan tentu ini menjadi tujuannya mengggandeng PRKN UI agar menemukan solusi atas kebijakan yang tepat dalam menyediakan akses air perpipaan kepada seluruh masyarakat Jakarta.

“tantangan kita pertama soal cakupan pelayanan kita masih rendah sekitar 65,8% padahal PAM Jaya sudah berusia 100 tahun” ucapnya

Permasalahan itu kata Arief, bahwa cakupan rendah itu dikarenakan panjang pipa masih 12.075 km sementara Non Revenue Water (NRW) atau tingkat kebocoran sangat besar mencapai 46,6% karena pipanya berusia puluhan tahun bahkan ada yang mencapai seratus tahun maka perlu dilakukan rehab atau peremajaan pipa.

Lebih lanjut Arif menjelaskan tantangan lain yang dihadapi PAM JAYA saat ini adalah ketersediaan sumber air baku 82% disuplai dari luar Jakarta, polusi dan bencana air yang menyulitkan proses pengolahan air, pengolahan limbah yang buruk dan penurunan tanah akibat pengambilan dan penggunaan air tanah yang masif menyebabkan penurunan muka tanah yang berimbas pada tenggelamnya Jakarta.

“Bahkan menurut penelitian permukaan tanah menurun paling banyak akibat eksploitasi air tanah yaitu 6 cm pertahun, dibandingkan beban infrastruktur atau aktivitas tektonik yang hanya 1-2cm pertahun”. Ucap Arief

Oleh karena itu Arief menargetkan 100 persen cakupan pelayanan air perpipaan pada 2030 dan menambah kapasitas produksi hingga 10.900 liter per detik, serta perluasan jaringan pipa hingga 4.500 kilometer. Dua hal tersebut, akan menambah jumlah pelanggan sebanyak 1,1 juta dibanding saat ini masih 913.913.

Sementara itu, Nurul Isnaeni memberikan tanggapan atas tantangan PAM Jaya dalam permasalahan pengadaan sumber-sumber air bersih yang terjadi di Jakarta melalui pendekatan konseptual tujuannya supaya ada masukan secara teoritis yang ddapat dipahami dan dikontektualisasikan dengan fakta di lapangan yang sangat komplek.

Nurul menambahkan bawah data dari OECD Enviromental Outlook 2008 tentang Global Water Strees 2030 pulau Jawa berada pada posisi Severe Water Stress (tingkat kekurangan air bersih) yaitu kondisi suatu wilayah menarik 25% atau lebih dari sumber daya air tawar yang dapat diperbarui.

“Memang itu tantangan yang cukup sulit, apalagi faktanya PAM Jaya cakupan pelayanannya masih 65% padahal sudah 1 abad. Itu yang seharusnya kita fokus kedepan karena bagaimanapun tantangan ini merupakan program pencapaian SGDs 2030 nomer 6 yaitu Clean Water and Sanitation”. ungkapnya

(M.NUR)