Harmoninews.com, Jakarta – Negara Eropa bagian Tenggara atau yang sering disebut Balkan memiliki histori dan keindahahan alam yang sangat recommended untuk dinikmati oleh para wisatawan Indonesia. Selain itu, bangunan-bangunan mewah dan indah peninggalan kejayaan Turki selama 500 tahun berkuasa juga masih berdiri kokoh mewarnai indahnya pusat kota.
Forum Travel Partner Indonesia (FTPI) bersama para anggotanya baru saja tiba di Tanah Air usai mengadakan rangkaian tour menjelajahi Balkan dan Turki selama 12 hari dengan mengunjungi 9 negara Balkan.
“Alhamdulillah FTPI pada tanggal 14 sampai 25 Mei bersama dengan beberapa travel didalamnya mengunjungi Balkan selama 12 hari. Ada 9 negara yang kita kunjungi untuk wisata, yaitu Turki, Makedonia, Albania, Montenegro, Kroasia, Bosnis, Serbia, Bulgaria dan Yunani,” terang Ustadz Milady Ahmad di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
Menurut Ustadz Milady, Balkan menyimpan banyak sejarah panjang, mulai dari Kerajaan Romawi, Kerajaan Yunani Kuno hingga Sejarah Kekaisaran Turki Ottoman atau kerajaan Islam terbesar di Turki.
“Turki Ottoman pernah berkuasa selama 500 tahun disana, jadi peninggalan-peninggalan pada masa kejayaan Turki Ottoman banyak sekali bisa kita temui di Balkan,” ujarnya.
Peninggalan kejayaan Turki Ottoman yang masih dapat disaksikan berupa bangunan-bangunan seperti benteng serta masjid-masjid yang banyak tersebar di Balkan, terutama di negara Makedonia, Albania maupun di Bulgaria.
“Di Bulgaria masjidnya berada di pusat kota dan bangunannya semua bernuansa Turki,” sambungnya.
Selain dari segi bangunan yang terlihat sangat indah, Ustadz Milady juga menyebut bahwa Balkan juga memiliki alam yang sangat indah dan bisa dinikmati oleh para wisatawan.
“Salah satu contoh Makedonia dan Montenegro memiliki nuansa alam pegunungan yang bisa dinikmati selama perjalanan. Pemandangan kita dimanjankan dengan nuansa alam yang sangat indah luar biasa,” tuturnya.
Balkan juga memiliki destinasi wisata alam yang masih alami dan terjaga, salah satunya berada di Bosnia, yaitu sumber mata air terbesar di Eropa.
“Airnya terlihat sangat indah, bening, membuat pemandangan menjadi takjub. Ini tentu menjadi nilai jual wisatawan untuk menikmati pemandangannya,”terangnya.
Ustad Milady menyebut, meskipun Balkan berada di Benua Eropa, namun saat ini belum menjadi destinasi yang populer sebagaimana wilayah Eropa lainnya, seperti Paris maupun Belanda.
“Paris, Belanda itu sudah mainstream, tapi kalau ke Balkan itu anti mainstream. Tujuan yang sangat bisa dieksplor sangat bisa dinikmati walaupun belum populer. Makanya FTPI akan jadi organisasi atau asosiasi yang ingin mempopulerkan destinasi di negara-negara Balkan,” ujarnya.
Diakui Ustadz Milady, perjalanan ke Balkan memiliki kesan yang sangat mendalam sehingga semua peserta yang berjumlah 32 orang sangat menikmati perjalanan dan sangat senang.
Ada hal menarik juga dari perjalanan wisata ke Balkan kali ini, dimana Balkan memiliki waktu siang yang lebih panjang sedangkan waktu malam lebih pendek, sehingga perjalanan menikmati keindahan alam terasa lebih lama.
“Kebetulan kemaren sedang musim semi, jadi siangnya agak panjang. Maghrib jam 9 malam dan Subuh jam 3 Pagi,” terangnya.
“Kami kemaren dari beberapa travel seperti Madinah Iman Wisata, El Amin Tour, Paksi Tour and Travel, Arrazafa, Satriani Wisata, Ghifari Travel, Penatour, Satutour, Auli Wisata dan Milady Travel sangat menikmati perjalanan dan saat ini mempromosikan Balkan. Makanya dalam waktu dekat Insya Allah di bulan Agustus FTPI akan kesana. Bagi yang mau menikmati wisata muslim ke Balkan segera mendaftar,”ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum FTPI H. Edy Hamdi menjelaskan, FTPI sejak beridi tahun 2013 menjadi pelopor destinasi wisata anti mainstream dengan mengunjungi negara-negara yang mempunyai nilai sejarah Islam.
“Program destinasi wisata FTPI banyak sekali, bukan hanya sekedar berwisata menikmati keindahan alam, namun lebih dari itu. FTPI menggali sejarah Islam yang ada di negara yang dikunjungi serta menjaga wisatawan untuk tetap terjaga sholatnya dan makanannya terjamin kehahalalannya,” ujar H. Edy Hamdi.