Inovasi Lapas Tulungagung: Melahirkan Alas Sapi Unggulan Bersama BBIB Singosari

Harmoninews.com (Tulungagung) – Di balik tembok Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tulungagung, sebuah inovasi ramah lingkungan sedang bergulir, mengubah limbah menjadi berkah. Bukan hanya bagi lingkungan, tapi juga bagi penghuni Lapas itu sendiri. Proyek ini berfokus pada pembuatan alas sapi dari sabut kelapa, sebuah inisiatif yang tidak hanya mendukung keberlanjutan tetapi juga memberikan keterampilan dan harapan baru. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tulungagung tidak hanya menjadi tempat pembinaan narapidana, tetapi juga menjelma menjadi pusat inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, dalam pembuatan alas sapi tersebut Lapas Tulungagung bekerja sama dengan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang.

Kemitraan strategis ini berawal dari kebutuhan akan alas sapi yang higienis dan nyaman bagi ternak, khususnya di lingkungan peternakan modern. Lapas Tulungagung, dengan potensi sumber daya manusia yang tersedia, melihat peluang untuk berkontribusi. Sabut kelapa, yang dulunya sering dianggap sebatas limbah, kini diolah dengan tangan-tangan terampil warga binaan di Lapas Tulungagung. Prosesnya dimulai dari pengeringan sabut, kemudian dipilah dan diproses menjadi serat-serat halus atau potongan-potongan kecil yang siap digunakan sebagai alas kandang. Ini adalah bukti nyata bagaimana sebuah bahan alami yang melimpah di wilayah seperti Tulungagung bisa dimanfaatkan secara optimal.

Manfaat alas sapi dari sabut kelapa ini sangat beragam. Daya serapnya yang tinggi membantu menjaga kandang tetap kering dan bersih, mengurangi kelembaban yang bisa memicu penyakit pada sapi. Ini berarti lingkungan yang lebih sehat bagi ternak dan kerja pembersihan yang lebih ringan bagi peternak. Selain itu, sifat alami sabut kelapa juga membantu menekan bau amonia, menciptakan suasana kandang yang lebih nyaman.

Namun, lebih dari sekadar produk, proyek ini adalah bagian dari program pembinaan kemandirian di Lapas Tulungagung. Para warga binaan dilatih mulai dari proses pengumpulan sabut, pengolahan, dan pembuatan alas tersebut. Keterampilan ini tidak hanya mengisi waktu mereka dengan kegiatan positif, tetapi juga membekali mereka dengan keahlian yang bisa digunakan setelah bebas nanti. Ini adalah investasi pada masa depan, memberikan mereka bekal untuk kembali berkontribusi di masyarakat.

Kepala Lapas Tulungagung Ma’ruf Prasetyo Hadianto dalam hal ini menyampaikan, “Inisiatif alas sapi dari sabut kelapa ini membuktikan bahwa Lapas Tulungagung bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga pusat inovasi yang peduli lingkungan dan masa depan. Ini adalah kisah tentang bagaimana keterbatasan bisa melahirkan kreativitas, dan bagaimana sebuah limbah sederhana bisa diubah menjadi produk bernilai yang membawa manfaat bagi banyak pihak.” Pungkasnya.

Kolaborasi ini juga menunjukkan sinergi positif antara instansi pemasyarakatan dan lembaga teknis di bawah Kementerian Pertanian dalam mendorong pembangunan sumber daya manusia yang produktif dan berdaya guna. Produk alas sapi hasil karya warga binaan Lapas Tulungagung kini mulai dimanfaatkan oleh BBIB Malang dan mendapat respons positif berkat kualitas dan daya tahannya.

Melalui sinergi antara Lapas Tulungagung dan BBIB Singosari, diharapkan produk alas sapi ini dapat terus berkembang, tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga merambah pasar yang lebih luas. Ini adalah bukti nyata bahwa dengan kemauan dan kerja sama, potensi terpendam dapat dioptimalkan untuk kemaslahatan bersama.

M.NUR

Tuliskan Komentar