Harmoninews.com, Jakarta – Elektabilitas paslon peserta Pilkada pada akhirnya ditentukan oleh seberapa besar pendekatan empati kepada warga calon pemilihnya. Berbeda dengan Pilpres dan Pileg, yang dominan ditentukan kekuatan daya tarik figur menjadi alasan publik memilihnya. Pilkada dalam skala kepemimpinan lokal dibutuhkan kemampuan menyampaikan visi misi sesuai apa yang dibutuhkan warga.
Pilkada Mimika yang menampilkan 3 paslon, masing-masing memiliki kemampuan pendekatan yang berbeda. Ada yang mengumbar janji, ada pula yang menebar mimpi selain ada pula yang mengajak realistis pada situasi yang ada.
Pengamat Politik, Agung Wibawanto dari Litbang Demokrasi menyampaikan beberapa pandangannya terkait perkembangan masa persiapan kampanya Paslon Kepala Daerah Mimika. Menurutnya kunci elektabilitas ada pada kapasitas sosok, timses hanya memoles tampilan fisik berkait pencitraan.
“Beberapa minggu belakangan saya ikuti perkembangan Pilkada dari media dan informasi masyarakat. Saya melihat ada dua kandidat yang mulai keteter mengejar elektabilitasnya. Alexander Omaleng yang ikut Pilkada karena berkah putusan MK sibuk masuk ke kantong suara mantan Bupati sebelumnya, Eltimus Omaleng yang tersandung kasus KPK. Menurut saya itu salah strategi, karena suara loyalis Eltimus pasti sudah tergerus atas kasus itu. ” jelas Agung.
Di jalan protokol kota Mimika dalam beberapa hari ini muncul ratusan baliho yang didominasi paslon Maximus-Peggy. Beberapa APK berukuran besar terpasang di titik strategis. Menurut Agung strategi sebar baliho hanya menyumbang sisi popularitas saja.
“Banjir baliho jadi jurus terakhir mendongkrak elektabilitas. Layaknya barang jualan, poster dan baleho lebih menampilkan branding daripada kegunaan dan spesifikasi barang. Maximus-Peggi dikenal sosoknya karena ingatan masyarakat pada baliho. Namun visi misi atau kemampuan apa yang ditawarkan pada barang belum dipahami publik. Ibaratnya baleho mobil Toyota terbaru, menarik dilihat bentuknya. Namun suspensi, kapasitas bahan bakar hingga kemampuan menelusuri tanjakan dan turunan masih diragukan” jelas Agung
Pengamat Litbang Demokrasi itu juga menyoroti beberapa gaya dan karakter Maximus dalam beberapa kesempatan bertemu warga. Menurut Agung, warga hanya tahu ada keramaian dan siap mendukung Maximus yang sudah menjanjikan sesuatu jika menang.
“Maximus salah satu kandidat yang berkarakter pragmatis. Rencana membuat sekolah, rumah sakit dan sport center berkelas Internasional itu tidak jauh jauh dari proyek anggaran” sambung Agung.
Kandidat terakhir Johannes Rettob tidak lepas dari pengamatan Agung. Aktif mengunjungi warga, paslon yang akrab dengan sebutan JOEL lebih dikenal secara emosional oleh warga.
“Info yang saya terima, dalam sehari JOEL dijadwalkan mengunjungi 5-7 titik. Warga dan kelompok masyarakat mengundang Johannes yang sebelumnya sudah dikenal sebagai wakil sekaligus plt Bupati Mimika. Type pemimpin kharismatik ini lebih punya empati melihat persoalan warga. Tawaran program subsidi 100 juta tiap RT untuk inovasi pengolahan sampah itu konsep kerakyatan yang mudah dipahami dan logis” tutur Agung mengakhiri wawancara dengan awak media.