Harmoninews.com (JAKARTA) – Maso minta adalah tradisi “proses pelamaran”. Orang tua yang mencari pasangan untuk anaknya, tradisi ini merupakan bagian dari rangkaian upacara adat pernikahan yang melibatkan perkenalan dan pendekatan antara calon pengantin Nelson Ap dengan Elisabeth Magang. Bertempat di Jl. Raya Bekasi Timur, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Sabtu (02/11/2024)
Dalam prosesi maso minta, keluarga dari Nelson Ap mengunjungi rumah keluarga Elisabeth untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya. Keluarga kedua belah pihak bertemu untuk saling mengenal dan berdiskusi tentang persetujuan, termasuk hari pelaksanaan pernikahan.
BACA JUGA : Passion For a Bowl of Ramen IZA RAMEN
Dari mulai ketok pintu minta (Minang), penyerahan bawaan dan pemakaian sarung (Seng Bulu) dari pihak perempuan ke pihak Pria hingga di hibur dengan tari – tarian adat suku Alor Pantar.
Yan Saba Rumbiak Kepala Adat suku Biak se- Jabodetabek menyampaikan, jadi peristiwa kejadian hari ini, itu ritual adat suku Biak yang ada di tanah Papua. Kami datang penuhi tradisi ini, artinya kami dari pihak laki – laki datang meminang sekaligus memberikan cindera mata berupa mas kawin dan uang susu.
” Ritual ini berjalan turun temurun dari leluhur kami hingga saat ini, terlepas dari semua ini ritual kami lakukan agar kedua mempelai pada nantinya persatuan pihak keluarga Nelson Ap dengan pihak Elisabeth Magang akan memiliki ikatan kasih sayang. Dari sekarang sampai kita punya permintaan jadi Kakek dan Nenek,” jelasnya.
Gustaf Sulla Nanggi Ketua pemuda suku Alor Pantar menambahkan, sebenarnya acara ini acara yang tentu sakral dimana peminangan daripada keluarga Biak terhadap anak kami itu tentu sakral. Dan bukan meminta di jalan atau dimana tetapi dirumah, jadi kalau sudah meminta dirumah itu harus dibawa pulang.
” Di dalam adat kami seperti itu sama juga dengan adat Biak, di dalam peminangan ini bukan hanya peminangan anak dan yang di persatukan kita. Di persatukan dari kedua suku baik suku Biak dengan suku Alor Pantar, inilah yang menceritakan supaya dilihat oleh anak – anak dan adik – adik generasi kita ternyata dimana tempat pun adat istiadat jangan sampai kita lupakan. Itu yang di pertegas oleh leluhur kami, Nenek moyang kami dan adat ini sudah mendahului, sudah mendarah daging daripada agama,”ujarnya.
M.NUR