KH. Zulfa Mustofa: Pentingnya Pembinaan Masjid Perkotaan Untuk Memenangkan Dakwah Perkotaan

Harmoninews.com, Depok – Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Zulfa Mustofa menyampaikan pentingnya pembinaan masjid perkotaan, khususnya pembinaan dakwah terhadap masyarakat perkotaan. Hal ini beliau sampaikan saat membuka Forum Group Discussion (FGD) Pembinaan Masjid Perkotaan yang dilakukan oleh Lembaga Dakwah PBNU (LD-PBNU) yang bekerjasama dengan Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Acara digelar di Depok, Jumat – Minggu (5-7 Juli 2024.

Menurutnya, LD-PBNU mempunyai peranan penting dalam menyebarkan ajaran dan pemahaman Islam yang moderat di perkotaan dengan cara dakwah.

KH. Zulfa menyebut, pentingnya dakwah di perkotaan pernah disampaikan oleh Imam Malik kepada muridnya yaitu Imam Syafi’i yang saat itu, Imam Syafi’i yang ingin tinggal di desa dilarang oleh Imam Malik dan menyuruhnya untuk tinggal di kota.

“kata Imam Malik, jangan engkau tinggal di desa, maka niscaya kebaikan akan hilang,” ujarnya.

Berkaitan dengan itu, KH. Zulfa menyampaikan kenapa NU butuh orang seperti KH. Ulil Abshar Abdalla.

“Kiyai Ulil Abshar Abdalla putra guru saya, Kaka kelas saya di pondok dulu. Beliau orang yang sangat tawadhu. Dulu banyak orang yang mempertanyakan kenapa Gus Ulil orang yang alim semacam itu tinggal di kota padahal ayahnya punya pesantren. Memiliki beberapa kitab karangan yang salah satu kitab karangannya kemudian saya ambil menjadi nama anak saya,” ujarnya.

Ternyata, lanjut KH. Zulfa, pilihan Gus Ulil tinggal di kota itu mirip seperti pilihan Imam Syafi’i yang kemudian tidak tinggal di desa tapi di perkotaan karena di perkotaan tantangannya lebih luar biasa dan kemudian dinamikanya juga luar biasa.

KH. Zulfa juga menyinggung bahwa NU secara umum saat ini memiliki basis yang banyak di desa-desa. Kondisi di desa ketaatan umat kepada kiyai sangat luar biasa. TIdak BISA dimungkiri, mereka sangat taat terhadap kiyai, apa yang kiyai suruh pasti dilakukan.

“Kita tahu bahwa memang di kota itu beda dengan di desa. Karakter masyarakatnya dan juga SDM. Di kota, arus informasi dan juga banyak orang-orang alim yang datang kesana, maka informasi kepada masyarakat menjadi sangat beragam,” ujarnya.

“Dan kita tahu masyarakat perkotaan itu nyaris, terutama yang muda-muda atau juga orang-orang yang ada di birokrasi, dia kalau di tanya sebernya anda itu Islamnya NU atau Muhammadiyah atau Persis atau yang lain. Mereka menjawab saya tidak tau saya ini NU atau Muhammadiyah atau Persis atau yang lain. Dia Islam Islam saja,” terangnya.

Menurutnya, ketika masyarakat perkotaan seperti ini kemudian secara materi lama-lama meningkat, ada yang menjadi manajer, ada yang menjadi pimpinan, baik di pemerintahan, BUMN bahkan swasta, disinilah titik yang sangat krusial terjadi.

“Kalau orang-orang potensial ini tidak kita dekati oleh dai-dai kita, oleh lembaga-lembaga yang memiliki paham moderat baik itu LTMNU, LDNU dan lain sebagainya maka sebenarnya kita akan kalah dalam pertarungan dakwah perkotaan,” sambungnya.

Beliau pun mengingatkan dan mengajak kepada seluruh kader NU, untuk berdakwah di lembaga-lembaga resmi pemerintah.

“Kita dari NU atau dari Muhammadiyah yang saya pikir sepaham dengan kita, jika tidak melakukan, tidak aktif maka kita akan ketinggalan,” tegasnya.

Jika tidak dilakukan, maka menurut KH. Zukfa, yang terjadi setiap tahun kita hanya akan mendengar di sebuah masjid ada acara Maulid Nabi maka kemudian tidak ada lagi. Begitu juga dengan para penceramahnya maka sudah berganti dari pihak lain.

“Saya berharap acara yang diadakan oleh LDNU dan Kementerian Agama, dapat dilakukan sinergi dengan LTMNU. Selanjutnya, yang perlu dilakukan dan diminta Gus Yahya selaku Ketua Umum, terutama adalah upgrade, upgrading seluruh pengurus CTNU, pengurus LTM NU, serta tenaga fungsional pendukung, marbot harus di upgrade, imam masjid harus di upgrade, khotib harus di upgrade termasuk takmir masjid. Harapannya dari FGD ini, ada roadmap yang jelas, masukan-masukan yang jelas kemudian bisa kita kerjakan,”pungkasnya.