Ketika Buku Berbicara Kebenaran yang Selama ini Ditutupi
Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman
Setelah saya membagikan gratis buku “Mengapa Mereka Ditolak Dari Tabah Leluhurnya?” sebanyak 5.000 buku dan para pembaca hampir 99,9 % memberikan respon positif. Artinya buku ini disambut hangat oleh semua pembaca.
Saya terinspirasi untuk melakukan hal yang sama, yaitu membagikan gratis buku “Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua” sebanyak 7.000 buku kepada siapa saja.
Respon dan tanggapan buku terus mengalir deras dari para pembaca buku “Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua” yang hampir 99,9% mendukung isi dari buku ini.
Beberapa komentar para pembaca dari orang-orang bernurani luhur dan beriman sebagai berikut.
Ahmad Siraj seorang aktivis muda muslim menyebut “Tanah Papua mesti dibangun dengan hati, ditopang dengan kesungguhan pejabat. Di saat bersamaan, masyarakat setia menumbuhkan etos kerja warisan orang tua dan leluhur bahwa sebelum ia dibantu, ditolong orang atau pihak lain ia mesti menolong dirinya sendiri dalam kelompok komunal. Mengapa? Dalam uraiannya, Socratez Yoman hendak menyodorkan fakta kepada presiden bahwa hingga saat ini, tanah Papua ibarat masih ada kerikil dalam sepatu (baca akar konflik) dan terjebak dalam kubangan konflik kekerasan. Karena itu, karya sang gembala ini hadir menjadi semacam guide, panduan untuk melihat tanah Papua secara utuh lalu mencari alternatif solusi dengan otoritas kekuasaan yang ada.
Sementara Sodik seorang muslim menyebut buku “Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua” telah membuka pikirannya dan belajar dari seorang tokoh Kristen Papua yang pintar.
“Kekuatan buku ini terletak pada fakta dan data serta kejujuran dalam menulis sehingga buku ini adalah jawaban terhadap masalah kita.”
“Agak susah solusi atau cara yang diulas oleh Gembala Yoman, sebab ini berhubungan dengan kepentingan negara, tetapi selalu ada mujizat dan ini solusi bermartabat dan intelektual.”
Saya menilai Pak Yoman adalah seorang ahli bedah yang mumpuni, mencoba untuk membedah peristiwa Papua secara baik. Bahwa masalah Papua tidak harus diselesaikan dengan kekerasan dan konflik. Kekerasaan dan konflik jatuhnya barbar. Yang tidak berdosa menjadi korban.”
“Seorang hamba yang benar-benar menyambung lidah Allah. Yang salah diperbaiki, ditegur dan dinasehati, yang benar diakui. Maka borok busuk yang diciptakan atas nama negara segera dihentikan.”
“Buku ini mencoba mengangkat realitas yang sebenarnya tentang apa yang dikerjakan dan apa solusinya. Apakah Prabowo bisa seperti yang penulis harapkan hanya Tuhan yang tahu.”
“Kemarin sore saat bapak pulang, orang-orang berdatangan untuk cek buku tapi sudah habis. 80 buku yang bapak titip sekejap habis. Terlebih orang pendatang tertarik untuk tahu konflik di Papua dan cara penanganannya. Apa lagi buku ini ditulis oleh tokoh agama Kristiani.”
“Beliau sedang melakukan diagnosa terhadap panyakit yang mengeroti tubuh, yakni tanah papua. Virus yang didiagnosa itu namanya sejarah kelam Bangsa Papua sejak Papera 1969 sampai detik ini. Rentetan kekerasan dan berbagai hal atas nama negara terus terjadi, maka beliau ingin menghentikan pendarahan itu dengan sebuah bedah oprasi yang baik dan penuh manusiawi”.
“Tertarik membaca buku ini, sampai lupa bahwa saya sedang bekerja melayani orang. Menarik walaupun jujur saja saya baca agak tidak nyaman sebab berhubungan dengan kekerasan aparat negara atas tanah ini. Terlalu jujur tokoh nazroni ini menulis tetapi lebih baik sangat jujur agar diagnosa tepat. Anda ke dokter, ketika di tanya bagian mana yang sakit anda tidak bisa sembunyikan sebab kalau sembunyi dokter tidak bisa lekukan diagnosa dengan baik, dan juga bisa salah kasih obat maka Anda akan semakin parah. Sama seperti apa yang hendak diselesaikan dalam tulisan ini.”
Sedangkan Manseren Ifnaok menilai buku ini dengan catatan bahwa sang penulis buku “adalah hamba “gila” sebab mengambil jalan yang tidak biasa di Papua. Orang-orang sudah antipati terhadap upaya penyelesaian Papua tetapi dalam antipati itu kita dikuatkan oleh seorang yang berlidah emas dan berlian. Ide yang brilian.”
“Saya kaget dan tersentak membaca ini. Saya hidup di Papua tetapi kurang memahani persoalan sebenarnya. Saya berpikir OPM jahat ternyata kebijakan Negara dan tindakan aparat negara berlebihan dan diluar nalar kemanusiaan. Buku yang bagus membuat kita pusing berpikir agar kita sehat.”
“Kami hanya mencari sesuap nasi diatas tanah ini, kami kadang juga bingung dengan situasi apa yang salah dengan semua ini? Ternyata jawaban saya dapat dalam buku ini.”
“Menelusuri buku ini, seakan membawa saya untuk melewati setiap jalan di hutan rimba masalah Papua, kita tidak tahu ujung jalan dan apa yang terjadi tetapi dengan membaca buku ini saya dapat tercerahkan dan jalan itu saya dapati ujungnya. Cukup lama saya hidup di Biak tapi saya baru dapat buku ini. Apa karena tidak ada toko buku ya. Salut untuk penulis.”
“Saya sungguh tercenggang membaca keberanian sekaligus kejujuran pak pendeta ini. Saya lihat di Papua orang kadang takut atau malu atau tdk berani tegur pejabat secara terbuka. Ngumpet di belakang sajs. Ini cara pikir dan tindakan yang benar. Sebagai orang Jawa ini saya apresiasi.”
“Ini bukan sejarah lengkap Sejarah Papua, tetapi mengisi beberapa catatan mengenai tindakan Negara lewat anasir-narasinya bertindak diluar kemanusiaan, penguasaan SDA dan tindakan kekerasaan aparat atas nama negara membuat masyarakat semakin apatis. Ditengah kondisi seperti itu buku ini hadir untuk menberikan solusi.”
“Penulis buku punya keberanian untuk menulis hal yang belum tentu ditulis oleh orang lain. Beliau pasti akan dianggap kontoversi dalam kaca mata Pilkada. Tetapi, saya yakin beliau konsisten dengan apa yang telah beliau tulis.”
“Ini pendeta kontroversi, membingungkan kawan, merangkul lawan. Para kawan bingung dengan gaya dan keputusan saat ini tapi nanti mereka paham. Lawan dirangkul untuk tujuan mulia bukan demi namanya tetapi demi penyelesaian masalah Papua.”
“Saya ikuti Pdt Yoman ini, awalnya bagus, kritis tetapi semakin kesini semakin ke sana. Membuat kita kehilangan kepercayaan. Selain itu dia tahu siapa Prabowo tapi dia masih mengharapakn? Seperti mimpi saat tertawa.”
“Buku di tulis oleh sahabat semua orang, maka menulis untuk semua orang tidak boleh jadi korban diatas tanah ini. Buku ini menawarkan solusi.”
“Tidak ada sesuatu yang tidak bisa. Tembok Berlin akhirnya Runtuh. Maka tidak salah pak Pendeta menawarkan solusi lewat pak Prabowo Subianto”.
“Kita punya banyak orang pintar tetapi mereka gunakan kepintaran untuk kepentingan sendiri. Kita punya banyak Prof tetapi mereka tidak berani menulis sesuatu untuk tanah ini. Kita punya banyak hamba Tuhan tetapi mereka hanya jago di mimbar itupun penyampaian Firman yang tidak menjawab keluhan OAP. Kita punya satu Gembala sebagai bapak bangsa menulis hati dan air mata kami OAP. Maju terus bapak gembala.”
“Pak Gembala disalah mengerti dalam konteks pemilu hanya karena dia mendukung 02 dan menulis Soal Prabowo. Pada hal dulu hampir tidak ada yang merendahkan dan memepertanyakan integritasnya. Saya mau bilang pak Sokrates ahli mengunakan metode dalam menulis.”
“Kalau tidak menulis maka banyak hal akan hilang. Kita mudah ditipu dan kebenaran mudah di bolak balik. Penulis menulis sesuatu yang sangat berharga sebab buku ini akan terus bersuara bagi semua yang baca.”
Irvan yang juga intelektual muda muslim menyebut “Buku ini adalah jembatan emas yang dibangun dengan kesadaran bahwa menyelesaikan soal Papua dengan komunikasi yang bermartabat dan saling menghormati itu penting.
“Cara yang jitu untuk membuat masyarakat mengetahui banyak hal soal Papua adalah dengan cara berani mengorbankan keuntungan dengan membagi buku gratis sebab masyarakat bisa membaca tapi malas membeli maka cara pak gembala Yoman adalah terbaik. Dia menularkan” virus” pengetahuan untuk sesama. Membaca buku ini terdapat harapan yang besar agar penyelesaian masalah Papua dilakukan secara bermartabat”.
“Pendeta gembala Sokrates benar-benar berpikir dengan jernih, sebab masalah Papua ribet dan rumit karena itu tidak bisa pendekatan penakut dan biasa-biasa saja tetapi harus yang gila”.
“Beliau melakukan langkah terobosan yang berani. Kita tidak hanya teriak-teriak demo dan angkat senjata atau urusan ke PBB tetapi penting mengunakan cara yang sudah dipakai pak Sokrates ini. Kita sudah lama bersuara dan terus bersuara. Beliau memberi warisan yang berharga bagi generasi yang akan datang.”
“Catatan kritis saya adalah orang-orang pintar atau intelektual Papua harus seperti pak Yoman. Jangan teriak-teriak merdeka lalu pusat tahu, dikasih jabatan dan uang lalu diam. Banyak yang tahu tetapi memilih diam bahkan bersekutu untuk menutup usaha Pak Yoman memberikan alternatif yang baik.”
Sementara itu, Rajib yang juga aktivis Muslim menyebut saudara-saudara kita OAP telah mengalami berbagai penderitaan sekian tahun lamanya, suara mereka di bungkam, saya ingat ada buku-buku yang dibredel tidak bisa terbit. Tetapi otak dan hati mereka tidak bisa dibredel, mereka tidak bisa diremehkan dan ditakut-takuti seperti pak penulis ini. Saya coba meresapi setiap untaian kata-katanya yang hidup, saya ingat ketika Jibril berkata kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW bacalah (Iqra) maka itu mengajar kita untuk membaca agar paham apa yang tertulis dan apa yang terjadi.
“Anda ingin mengetahui masalah Papua secara benar, maka buku ini adalah jawaban sebab di tulis oleh seorang yang memiki integritas dan rekam jejak yang baik soal suara kenabian utk Papua”.
“Benang merahnya adalah meluruskan sejarah dan adanya pengakuan terhadap hak-hak orang Papua. Selama itu tidak dilakukan maka akan susah. Hak-hak itu bukan soal kesejahteraa, pangkat dan jabatan tetapi soal mengakui bahwa sejarah gelap maka pembunuhan dan tindakan rasis terus terjadi”.
Penulis adalah Presiden Persekutuan Gereja-Gereja Baptis West Papua (PGBWP)
Komentar