Harmoninews.com, Jakarta — Sekretaris DPD Bintang Muda Indonesia (BMI) DKI Jakarta sekaligus pelaku UMKM, Ghiffari Adha, menolak wacana agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) membuat produk “KW” sebagai langkah menghadapi banjir impor dari Tiongkok.
Ghiffari menilai gagasan tersebut tidak bijak dan justru dapat menurunkan martabat pelaku usaha kecil di Tanah Air.
“Sebagai pelaku UMKM, saya memahami beratnya persaingan di tengah maraknya produk impor. Tapi solusi bukanlah dengan meniru. UMKM Indonesia harus berdiri dengan inovasi, kreativitas, dan kualitas,” ujar Ghiffari dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (18/10/2025).
Menurutnya, langkah membuat produk tiruan bukanlah solusi jangka panjang. Ia menegaskan bahwa UMKM memiliki potensi besar untuk bersaing secara sehat jika mendapatkan dukungan nyata dari pemerintah.
“Yang dibutuhkan pelaku UMKM adalah kebijakan yang berpihak, pelatihan yang tepat, serta akses pasar yang luas. Pelatihan ini penting agar pelaku UMKM mampu berinovasi, memahami tren pasar, dan meningkatkan kualitas produknya. Bukan dorongan untuk meniru produk luar negeri,” tegasnya.
Ghiffari juga menyampaikan bahwa meniru pada dasarnya bukan hal yang sepenuhnya salah, selama berada di konteks yang tepat.
Memang sah-sah saja meniru dalam konteks belajar atau mengambil inspirasi, namun yang perlu diingat, tujuan akhirnya bukan untuk menyalin, melainkan melahirkan karya yang lebih baik, bernilai tambah, dan mencerminkan jati diri bangsa karena dari situlah lahir inovasi dan kemandirian sejati UMKM Indonesia,” ujar Ghiffari.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga karakter dan nilai lokal dalam setiap produk. “Kita ingin UMKM Indonesia dikenal karena keunikan dan integritasnya, bukan karena kemiripannya dengan produk luar,” ujarnya.
Ghiffari berharap pemerintah lebih fokus pada penguatan daya saing dan perlindungan terhadap produk asli buatan anak bangsa agar UMKM bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.








Komentar