Harmoninews.com (JAKARTA) — Kondisi Pasar Rusunawa Rawa Bebek yang dibangun dengan anggaran sekitar Rp14 miliar kembali menjadi sorotan. Berdasarkan peninjauan lapangan pada Sabtu (15/11/2025)
Sejumlah kerusakan terlihat di berbagai bagian bangunan, meski pasar tersebut dinyatakan selesai pada 15 Februari 2024.
Dari luar, bangunan pasar tampak megah. Namun di bagian dalam, masalah demi masalah ditemukan pada sejumlah fasilitas yang dinilai tidak sepadan dengan nilai proyek yang mencapai miliaran rupiah.

Salah satu kerusakan yang terlihat mencolok terdapat pada sebuah unit kios, di mana pintu lipat berwarna hijau tampak tidak terpasang dengan baik. Bagian pintu terlihat miring, tidak presisi, dan tidak dapat menutup rapat, sehingga menyulitkan pedagang yang hendak memanfaatkan kios tersebut.
Selain itu, ditemukan pula retakan panjang pada dinding yang menjalar dari bagian atas hingga bawah. Retakan ini berada dekat instalasi listrik, sehingga menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan dan stabilitas struktur bangunan.
Di sekitar bagian retakan, kotak instalasi listrik terlihat tertutup plastik dan diberi label nomor. Kondisi penutup yang tidak rapi serta posisinya yang dekat dengan dinding retak menambah daftar catatan mengenai kualitas pengerjaan bangunan yang baru berusia kurang dari dua tahun itu.
Dengan nilai proyek mencapai Rp14 miliar, publik mulai mempertanyakan proses pengawasan, pelaksanaan konstruksi, hingga serah terima bangunan tersebut. Warga berharap pemerintah segera menindaklanjuti temuan kerusakan yang dianggap tidak sewajarnya terjadi pada bangunan baru.
Pasar Rusunawa Rawa Bebek sebelumnya diharapkan menjadi fasilitas ekonomi yang mampu mendorong aktivitas masyarakat dan pedagang. Namun kondisi yang ditemukan menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh agar pasar dapat berfungsi optimal dan aman bagi pengguna.
Seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya mengaku kecewa dengan kondisi pasar tersebut.
“Kami sangat kecewa. Baru setahun lebih selesai dibangun, pintu kios sudah rusak, dinding retak-retak. Kami jadi ragu memulai usaha karena kondisi seperti ini tidak aman. Dengan anggaran sebesar itu, hasilnya mestinya jauh lebih baik,” ujarnya.
Pedagang lainnya menambahkan bahwa kondisi pasar menghambat mereka membuka usaha secara normal.
“Kami berharap pemerintah turun langsung melihat kondisi pasar. Kalau rusak begini, siapa yang mau sewa? Kami butuh kepastian dan perbaikan,” katanya.
Perwakilan LSM Barkop (Basmi Korupsi Pembangunan), Fridolin MH SE, turut meninjau lokasi dan menilai kerusakan tersebut perlu mendapat perhatian serius.
“Kami menilai ada dugaan lemahnya kualitas pekerjaan dan pengawasan proyek. Anggaran Rp14 miliar bukan jumlah kecil. Bangunan baru selesai Februari 2024, tapi kerusakannya sudah seperti ini. Ini harus diselidiki,” ujar Fridolin.
Ia menegaskan bahwa LSM Barkop akan mengawal persoalan ini dan meminta pemerintah daerah, inspektorat, serta aparat penegak hukum memeriksa proses pembangunan pasar tersebut.
“Jangan sampai ada indikasi penyimpangan. Fasilitas publik harus dibangun dengan kualitas terbaik demi masyarakat,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta belum memberikan keterangan. Kepala dinas maupun pejabat terkait disebut tidak berada di kantor saat dikonfirmasi.
M.NUR








Komentar